Selasa, 01 Maret 2016

Bahasa Bugis - Kata Penyukat/Kata Bantu Bilangan

KATA PENYUKAT DALAM BAHASA BUGIS
I.             HASIL PENELITIAN
1.1         Pengantar
Kata penyukat terkadang juga disebut dengan kata penggolong atau kata bantu bilangan. Kata penyukat disesuaikan dengan nomina yang mengikutinya. Secara umum, orang mengelompokkan kata penyukat menjadi tiga kategori, yaitu manusia, binatang dan benda. Kata penyukat ini terkadang mengalami penghilangan atau pemadatan, tergantung dari nomina yang mengikuti dan konteks pemakaiannya, selama penghilangan atau pemadatan kata penyukat tersebut tidak mengurangi makna atau maksud dari apa yang ingin disampaikan.
1.2         Klasifikasi Kata Penyukat
Kata penyukat merupakan kata yang terletak di belakang kata bilangan dan sebelum nomina. Kata penyukat dalam bahasa Bugis terbagi atas beberapa bagian. Lebih lanjut dapat dilihat dari uraian berikut.
1.2.1        Kata Penyukat untuk Manusia (Tau)
Kata penyukat untuk manusia dalam bahasa Bugis terbagi atas dua, yaitu kata penyukat umum dan kata penyukat khusus.
1.2.1.1       Kata Penyukat Umum
Kata penyukat yang umum digunakan untuk menyatakan manusia adalah tau. Pemakaian kata penyukat ini dapat dilihat pada contoh berikut.
1.2.1.2       Kata Penyukat Khusus
Selain kata penyukat umum yang digunakan untuk menyatakan manusia, juga terdapat beberapa kata penyukat khusus, seperti gerombolang, kelompo, pasang, pasukang, regu, rombongang, deppungeng. Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan manusia yang jumlahnya lebih dari satu.
1.2.2        Kata Penyukat untuk Binatang
Sama halnya dengan kata penyukat untuk manusia, kata penyukat untuk binatang juga terbagi dua, yaitu kata penyukat umum dan kata penyukat khusus.
1.2.2.1       Kata Penyukat Umum
Kata penyukat yang umum digunakan untuk menyatakan binatang adalah kaju.
1.2.2.2       Kata Penyukat Khusus
Kata penyukat khusus yang digunakan untuk menyatakan binatang hanya ada dua, yaitu pasang dan deppungeng.
1.2.3        Kata Penyukat untuk Benda
1.2.3.1       Kata Penyukat Umum
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda adalah bua.
1.2.3.2       Kata Penyukat Khusus
1.2.3.2.1          Benda panjang dan bulat
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda panjang dan bulat seperti pensil, bamboo, pohon, dan rokok adalah lorong dan peppa.
1.2.3.2.2          Benda kecil, keras, dan bulat
Kata penyukat untuk benda kecil, keras, dan bulat adalah batu. Benda yang dapat disukat seperti telur, bola, kemiri.
1.2.3.2.3          Benda kecil yang memiliki bagian
Kata penyukat untuk benda kecil yang mimiliki banyak bagian seperti buah yaitu lice, bigi, dan buto.
1.2.3.2.4          Benda tipis dan lebar
Kata penyukat untuk benda tipis dan lebar adalah lampa, pepeng, dan curiang.
1.2.3.2.5          Benda kecil dan sedikit
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda yang yang kecil umumnya menetes atau melekat pada benda lain yaitu betti, reppa, tetti, dan mitti.
1.2.3.2.6          Benda yang berbentuk senjata
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda yang tajam, seperti keris, pisau, golok, senapan, dan tombak adalah cawile.
1.2.3.2.7          Berupa kata-kata
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda berupa kata yaitu lappa.
1.2.3.2.8          Berupa tali atau benang
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda berupa tali atau benang adalah bela yang berarti utas.
1.2.3.2.9          Berupa tanah/sawah/benda lain yang luas dan datar
Kata penyukat untuk tanah/sawah atau benda yang luas dan datar adalah lakong dan teppo.
1.2.3.2.10      Benda yang berkeluk atau berbentuk
Kata penyukat yang digunakan untuk benda yang berkeluk atau berbentuk adalah bentu.
1.2.3.2.11      Benda yang berpasangan
Kata penyukat yang digunakan untuk benda yang berpasangan seperti anting, sandal dan sepatu adalah pasang.
1.2.3.2.12      Benda yang bertangkai
Kata penyukat yang digunakan untuk benda yang bertangkai seperti bunga, daun, padi, dan lainnya adalah takke.
1.2.3.2.13      Benda yang berbaris
Kata penyukat untuk benda yang berbaris adalah barisi, jiji, dan lari
1.2.3.2.14      Benda yang berbentuk gulungan
Kata penyukat untuk benda yang berbentuk gulungan, seperti kertas, tali, kain, tikar, dan plastik adalah padaping, gulung, galenrong, belo, dan role.
1.2.3.2.15      Benda yang bersusun dan berlapis
Kata penyukat yang digunakan untuk benda yang bersusun atau berlapis, seperti buku, adonan kue adalah lapisi, dan susung.
1.2.3.2.16      Benda yang menempati wadah
1.2.3.2.16.1          Wadah untuk benda padat
Kata penyukat yang digunakan untuk benda padat ada beberapa, yaitu baku, doko, dose, karung, baka-baka, koporo, langka sia, dan palese.
1.2.3.2.16.2          Wadah untuk benda cair
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda yang cair berdasarkan tempat atau wadah dari benda tersebut, yaitu gumbang, botolo, cangkiri, derong, sero, kaca, caregeng, dan cere.
1.2.3.2.16.3          Wadah untuk benda padat dan cair
Kata penyukat yang digunakan sebagai wadah untuk benda yang cair dan padat adalah ceppo, mangko, uring, dan tong.
1.2.3.2.17      Benda menurut satuan ukuran
1.2.3.2.17.1          Satuan berat
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan satuan ukuran seperti beras dan tepung, yaitu cangko, cupa, litere, gantang, pikulu, parape, dan tong.
1.2.3.2.17.2          Satuan panjang
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan satuan panjang, seperti penggaris, tali, dan pita adalah jakka dan metere.
1.2.3.2.17.3          Satuan luas
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan luas, seperti tanah dan rumah, yaitu are dan hetto.
1.2.3.2.17.4          Satuan jumlah
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan jumlah, seperti baju, kaos, piring, dan gelas, yaitu losi dan kodi.
1.2.3.2.17.5          Satuan waktu
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan waktu, seperti masa, lama, jangka waktu adalah detti, menne, jang, esso, uleng, dan taung.
1.2.3.2.17.6          Satuan harga
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan satuan harga, yaitu rupiya, seng, dan tali.
1.2.3.2.18      Benda hasil melakukan pekerjaan
Kata penyukat yang digunakan untuk menyatakan benda hasil melakukan pekerjaan, yaitu  kemmo, jeppu, sio, lapa, pue, polo, kere, timpu, teggo, toddo, tekke, lappo, dan goppo.
1.2.3.2.19      Benda yang memiliki sesuatu
Kata penyukat yang digunakan untuk benda yang memiliki sesuatu, yaitu borong, pacu, tunrung, dan seppe.
1.2.3.2.20      Benda yang merangkai
Kata penyukat yang digunakan untuk benda yang dapat dirangkai atau merangkai, yaitu kai.
1.2.3.2.21      Benda yang lengkap
Benda yang digunakan untuk menyatakan lengkap, yaitu sake, se’, dan setele

Minggu, 08 Februari 2015

Hubungan Bahasa dan Religiositas beserta Contohnya

Hubungan Bahasa dan Religiositas

Bahasa dengan religiositas juga saling berhubungan, baik bahasa terhadap agama maupun religi terhadap bahasa. Religi atau agama seseorang dapat diketahui dengan bahasa yang digunakannya. Sama halnya dengan etnik tadi, bahasa yang digunakan oleh sesorang juga dapat menjadi ciri pembeda, ciri penganal, dan juga menjadi identitas dari agama yang dianutnya. Tidak hanya itu, bahasa yang diungkapkan oleh sesorang juga dapat menunjukkan tingkat atau taraf pemahaman seseorang terhadap agama. Beberapa hal lain yang dapat menunjukkan hubungan bahasa dan agama dijelaskan oleh Ratna (2013) yaitu bahasa menjadi sarana pengungkapan religi atau yang berkaitan dengan agama, bahasa juga dapat memunculkan variasi bahasa agama seperti bahasa latin gereja, dan sebagainya.
Contoh hubungan bahasa dengan religiositas yaitu ketika seseorang sering menggunakan ungkapan yang berkaitan dengan agama maka dapat diketahui agama yang dianut oleh orang tersebut. Tetapi ketika orang tersebut selalu berbicara atau apapun yang dibicarakan selalu menyangkutpautkannya dengan agama, dan seberapa sering orang tersebut berbicara tentang agama berarti itu menunjukkan tingkat atau taraf pemahamannya terhadap agama. Misalanya, orang yang sering mengungkapkan kata Alhamdulillah, Astagfirullah, berarti orang tersebut beragama Islam, tetapi ketika orang itu berbicara dan sering menyangkutkan bahan pembicaraannya dengan agama, itu menunjukkan bahwa orang itu memiliki pemahaman yang mendalam terhadap agama Islam. Begitupun dengan bahasa yang diungkapkan oleh orang yang beragama Hindu, Budha, Kristen Khatolik, dan Kristen Protestan. Tidak hanya itu, efek agama terhadap bahasa juga terlihat pada beberapa topik penelitian seperti topik-topik penelitian yang memungkinkan misalnya pengaruh agama terhadap pemilihan bahasa, pemeliharaan bahasa (language maintenance) juga kosakata-kosakata serapan.

Hubungan Bahasa dan Etnisitas Beserta Contohnya

Hubungan Bahasa dan Etnisitas

Hubungan bahasa dengan etnik sangat jelas karena bahasa dapat menjadi ciri pembeda, ciri pengenal, dan ciri-ciri yang dibawah oleh seseorang menunjukkan identitas etniknya. Orang yang berbicara dengan suku asal yang sama akan menggunakan bahasa daerahnya, tetapi ketika berbeda suku maka akan menggunakan bahasa Indonesia.
              Contoh yang menunjukkan hubungan bahasa dengan etnik. Hubungan itu lebih terlihat dari segi fonetik atau pelapalan. Artinya, ciri etnik itu baru terlihat ketika orang tersebut berbicara. Etnik Bugis yang biasa disebut dengan orang Bugis ketika berbahasa Indonesia cenderung menunjukkan etniknya. Akhiran kata pada bahasa bugis terdiri dari vokal, glottal plosif (?), dan velar nasal (ŋ) sehingga ketika berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan berbeda etnik maka etnik bugis dapat diketahui dengan akhiran pada kata yang digunakan, seperti pengucapan pada kata yang diakhiri dengan fonem velar plosif /k/ menjadi fonem glottal plosif /?/, misalnya pada kata [banyak] menjadi [banya?]. atau pengucapan e- (pepet) menjadi e- (taling) biasa dilakukan oleh etnik Batak, Sumbawa, dan Bima.

Pengertian Slang, Contoh, dan Ciri-cirinya

 Pengertian Slang, Contoh, dan Ciri-cirinya

Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu (Chaer dan Lionie, 1995: 88). Lebih lanjut Pateda (1990: 55) menyatakan bahwa slang dapat pula diartikan sebagai ucapan popular yang didengar sehari-hari di daerah tertentu atau kata-kata yang berasal dari kolokial yang mengandung kata-kata yang kurang enak didengar. Auburger (dalam Suhardi, dkk., 1995: 166) mengungkapkan bahwa slang adalah suatu bahasa kelompok dengan unsur-unsur yang bersifat memisahkan yang berada di bawah pengaruh linguistik produksi dari sikap-sikap macam tertentu, slang selalu memiliki ciri skatologi dan memberi kesan adanya sekongkolan. Secara singkat menurut Porzig (dalam Suhardi, dkk., 1995: 166) bahwa slang merupakan bahasa sehari-hari dan digunakan sesuka penuturnya. Dari beberapa penjelasan mengenai slang tersebut, dapat disimpulkan bahwa slang adalah salah satu variasi bahasa yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari dan digunakan sesuka penuturnya.
a.       Contoh dan ciri-ciri slang bahasa Bugis
Ciri-ciri slang yang dipakai di daerah Bugis Sulawesi Selatan yaitu bahasa tersendiri yang berasal dari bahasa sehari-hari dan digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu khususnya remaja dan digunakan seenak mereka. Misalnya Syuballe digunakan oleh remaja-remaja tertentu untuk mengejek temannya, karena kata tersebut memiliki arti yang negatif dan kotor, tetapi teman yang di ejek itu tidak marah karena menurutnya itu sudah biasa buat mereka. Tidak hanya itu, kata tersebut bahkan digunakan sebagai kata sapaan di kalangan mereka. Lain halnya ketika orang lain yang bukan dari kelompok mereka mendengar kata tersebut diungkapkan oleh sekelompok remaja maka orang lain tersebut akan menganggap mereka sedang bertengkar karena saling mengejek, padahal itu merupakan hal yang biasa di kalangan kelompok mereka.


Ammon, Ulrich. 1995. Teori dan Metode Sosiolinguistik II. Terj. Suhardi, Basuki, dkk. Jakarta: Pusat                             Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 1990. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Pengertian Regiter dan Contohnya

Pengertian Register dan Contohnya

Register adalah pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang (Walkins, Bolinger, dan Appel dalam Pateda, 1990: 64). Sebagaimana hal yang sama juga diungkapkan oleh Chaer dan Lionie (1995: 91) dalam bukunya Sosiolinguistik Perkenalan Awal yang menyatakan bahwa register berkenaan dengan masalah bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa register merupakan salah satu variasi bahasa yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam ruang lingkup tertentu yaitu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang penutur.

a.       Contoh register
Contoh register adalah seorang penutur yang berasal dari sebuah desa, dia akan berbicara sebagimana dengan lingkungannya, tetapi ketika melakukan suatu kegiatan dan bertemu dengan orang-orang yang berkaitan dengan kegiatannya itu, otomatis dia akan berbicara sesuai dengan kegiatannya. Misalnya, ketika orang tersebut memiliki pekerjaan sebagai pegawai suatu perusahan, dia akan berbicara mengenai pekerjaannya itu dan bahasa-bahasa yang digunakannya sesuai dengan profesinya sebagai seorang pegawai perusahan seperti penggunaan kata ‘Investasi, saham, pengeluaran, penghasilan, produksi, manajemen, komoditas, kualitas, stagnan,  likuiditas, inflasi, profit, nonprofit, dan sebagainya’. Tetapi ketika berada di pasar dan berbicara dengan orang-orang yang ada di pasar, dia akan membuat bahasanya lebih ringan seperti ‘penjual, pembeli, mahal, menawar, dan sebagainya’. Ciri-ciri bahasa yang digunakan orang tersebut yaitu Bahasa tersebut hanya diungkapkan di ruang lingkup tertentu, dia mampu berbicara sesuai dengan konteks di mana dia berada, topik pembicaraan, penggunaan dan pemilihan kata-katanya juga berbeda. 

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 1990. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa. 

Perbedaan Bahasa Anak-anak, Remaja, dan Orang Dewasa Beserta Contohnya

Perbedaan Bahasa Anak-anak, remaja, dan Orang Dewasa Beserta Contohnya

Variasi pengguna bahasa ditinjau dari segi usia dapat dilihat dari rentang kanak-kanak, remaja, dan dewasa (Sumarsono, 2008: 135). Perbedaan usia menyebabkan terjadinya perbedaan bahasa karena memberikan perbedaan atas kelompok masyarakat tersebut.
a  a. Bahasa anak-anak
Bahasa pada anak-anak juga berkaitan dengan tahap pemerolehan bahasa pada anak itu.   Bahasa yang pertama dipelajari dan dikuasai oleh anak adalah bahasa ibunya karena bahasa apapun yang digunakan oleh ibunya, anak akan selalu mendengar, tidak hanya setelah lahir, namun juga sebelum lahir. Seorang anak tidak langsung dapat berbahasa dengan baik seperti setelah dewasa, melainkan ada beberapa tahap yang harus dilaluinya. Anak mulai berbicara pada usia kurang lebih 18 bulan. Tahap awal adalah tahap vokalisasi yaitu anak sudah mulai menghasilkan bunyi tetapi belum diidentifikasi sebagai bunyi bahasa. Prabahasa, anak sudah mulai menghasilkan bunyi yaitu bunyi dekur seperti konsonan dan vokal tinggi, anak juga sudah mengahasilkan celoteh untuk suku kata seperti ma [mama] dan pa [papa]. Semakin beranjak umur anak tersebut, anak sudah mulai menghasilkan satu kata yang berkaitan dengan aktivitas dan lingkungannya. Semakin berproses lebih lanjut, anak sudah mulai mengahsilkan tuturan dalam dua kata ketika berumur 18-20 bulan.
Bahasa yang digunakan oleh anak lebih tidak baku, dan juga menghilangkan fungtor atau kata tugas, kata-kata yang tetap dipertahankan oleh anak adalah kata-kata yang tergolong kontentif atau kata penuh. Penghilangan yang dilakukan oleh anak dianggap sebagai suatu strategi menguasai kaidah tata bahasa berikutnya. Ketika anak sudah berusia 2-3 tahun sudah dapat mengahasilkan ujaran yang telegrafis sebagai awal perkembangan ujaran untuk menyerupai ujaran orang dewasa. Namun, ketika anak berusia 7 tahun yang menandakan bahwa anak harus memulai kehidupan dan pemerolehan bahasa secara lebih kompleks di lingkungan sekolah, dapat menyulitkan anak untuk mempelajari struktur bahasa apabila B1 dan B2 yang menjadi pengantar di sekolah itu berbeda. Tetapi itu hanya bersifat sementara karena lambat laun anak akan terbiasa.
Contoh bahasa anak-anak,
Bahasa yang digunakan oleh anak-anak jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang yang umurnya di atas mereka. Bahasa anak-anak memberlakukan penghilangan fungtor atau kata tugas tadi karena penyederhanaan. Di samping itu, bahasa yang mereka gunakan tetap berkaitan dengan aktivitas yang mereka lakukan, bermain, kegemaran mereka. Misalnya ketika bermain boneka, anak akan berkata, ‘Saya cantik’, ketika anak merasa lapar, anak hanya berkata ‘mama makan’, nah Ibunya sudah memahami bahwa anaknya itu lapar.
  b. Bahasa remaja
Bahasa remaja berkaitan dengan masa remaja yang merupakan masa atau kehidupan manusia yang mengesankan bahkan tidak terlupakan. Bahasa yang digunakan oleh remaja tidak sedikit merupakan bahasa yang mereka produksi sendiri, karena anak sudah mulai mengenal apa yang sebelumnya mereka tidak ketahui, remaja selalu ingin mencoba pengalaman-pengalaman yang belum pernah mereka lakukan, membentuk kelompok-kelompok tertentu, berpetualang, dan juga lingkungan tempat mereka beraktivitas. Dari kesemuanya itu dapat menciptakan bahasa-bahasa tertentu yang berkaitan dengan kelompoknya, tetapi tidak terlepas dari bahasa yang mereka kuasai sebelumnya. Mereka menganggap bahwa bahasa mereka hanya berlaku untuk kelompoknya sehingga itu bersifat rahasia, hanya orang-orang yang tergabung dalam kelompok mereka yang mengerti. 
Contoh bahasa remaja
Bentuk bahasa remaja yang mereka sepakati, yaitu penyisipan konsonan vokal dalam kata yang dipakai yang diletakkan di belakang setiap suku kata, vokal yang di belakang sesuai dengan vokal suku kata yang disisipi, misalnya kata mati disisipin (ma+va+ti+vi) yang jadinya mavativi. Selanjutnya, penggantian suku akhir dengan –sye, suka kata terakhir dihilangkan dan yang diambil hanya suku pertama kemudian ditambahkan –sye, misalnya kata kunci dihilangkan suku terakhirnya menjadi kunsye. Tidak hanya itu, bahasa yang mereka ciptakan juga dapat berupa kata yang hanya mebalik kata tersebut atau membacanya dari belakang, misalnya kata tampan dibalik menjadi nampat.
  c. Bahasa orang dewasa
Bahasa orang dewasa lebih kompleks dan lebih terstruktur sebagaimana bahasa yang telah diperoleh atau dipelajari sebelumnya. Orang dewasa sudah dapat bercerita dengan lebih panjang, sudah mampu mengolah kata dan memperhatikan penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam pergaulan. Pengetahuan akan bahasanya lebih banyak, istilah-istilah yang digunakanpun berbeda dengan remaja karena lebih berkaitan dengan aspek kehidungan, aktivitas, dan juga profesi.  
Contoh bahasa orang dewasa
Orang dewasa beraktivitas di rumah dia sudah mampu menyesuaikan pembicaraan yang dilakukan dengan keluarga dan tidak membawa urusan kantor atau berkaitan dengan profesinya. Tidak hanya itu, bahasa orang dewasa yang lebih berbobot dan terstruktur, menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga terkadang bahasa orang dewasa dapat menjadi contoh untuk orang lain.

Sumarsono. 2008. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.

Contoh Perbedaan Bahasa Wanita dan Laki-laki

 Contoh Perbedaan Bahasa Wanita dan Laki-laki

Contoh perbedaan bahasa yang digunakan oleh laki-laki dan wanita dalam bahasa daerah Bugis. Dalam lingkup keluarga saya, bahasa yang digunakan oleh Ibu itu berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh Bapak. Misalnya ketika Ibu menyuruh saya untuk mengambilkan sesuatu, Ibu berkata ‘Nak, alangakka cedde ya ro barange (Nak, tolong ambilkan barang itu)’, sedangkan ketika Bapak menyuruh akan berkata ‘Temma, alakka ya ro do barange (Temma, ambilkan barang itu)’. Dari segi struktur kata menyuruhnya sudah berbeda, Ibu bahasanya lebih terstruktur dan menggunakan sapaan, sedangkan Bapak tidak terstruktur dan menyebut nama bukan menggunakan sapaan. Ibu lebih sopan santun, suara Ibu lebih lembut dan lamban sehingga bahasa yang dihasilkan juga lebih sopan dibandingkan dengan suara Bapak yang menghasilkan bahasa cenderung lebih kasar. Dalam hal intonasi, intonasi yang digunakan Ibu dalam berucap lebih memanjang pada bagian akhir kalimat dan mendayu, sedangkan intonasi Bapak lebih cepat dan pendek yang menyebabkan bahasanya singkat dan langsung pada intinya.