Pembahasan
Proses
morfologi yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah pembentukan kata melalui
afiksasi terkhusus pada prefiks. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa
prefiks merupakan imbuhan yang terletak pada awal kata. Prefiks dalam bahasa
Indonesia terdiri dari beberapa jenis yang merupakan prefiks asli yaitu meN-, ke-, ber-, di-, peN-, per-, ter-, dan se-. sedangkan Prefiks yang terdapat
dalam bahasa Bugis adalah ma-, a-, pa-,
ta-, ri-, si-, kə-, ke-, dan maka-.
Fokus dalam makalah ini adalah prefiks meN-
dalam bahasa Indonesia dan prefiks ma-
dalam bahasa Bugis.
A. Prefiks
ma-
1. Bentuk
prefiks ma-
Prefiks ma- memiliki dua macam bentuk yaitu:
a.
Prefiks ma- yang tidak dipengaruhi oleh kondosi fonologis. Artinya, prefiks
ma- tersebut melekat pada kata dasar
begitu saja dan apa adanya sehingga tidak terjadi perubahan baik pada prefiks
itu sendiri maupun pada kata dasar.
b.
Prefiks ma- yang dipengaruhi oleh kondisi fonologis sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk sesuai dengan fonem awal pada kata dasar yang
dilekatinya. Dari perubahan tersebut, prefiks ma- memiliki beberapa alomorf sesuai dengan fonem awal pada kata.
2. Prefiks
ma- pada kata
a.
Prefiks ma- yang tidak dipengaruhi oleh kondisi fonologis
Misalnya:
ma- + pute ‘putih’ à mapute ‘putih’
ma- + rukka ‘ribut’ à Marukka ‘ribut’
ma- + ega ‘banyak’ à maega ‘banyak’
ma- + lotong ‘hitam’ à malotong ‘hitam’
ma- + sino ‘sepi’ à masino ‘sepi’
ma- + sino ‘sepi’ à masino ‘sepi’
b.
Prefiks ma- yang dipengaruhi kondisi fonologis
Prefiks
ma- memiliki beberapa alomorf sesuai
dengan fonem awal kata yang dilekatinya, alomorf tersebut adalah:
1) Prefiks
ma- menjadi mang- apabila melekat pada kata yang berfonem awal /a/, /i/, /u/,
/e/, /o/, dan /ə/.
Contoh:
ma- + ampo ‘tabur’ à mangampo ‘menabur’
ma- + itte ‘pungut’ à mangitte ‘memungut’
ma- + oto ‘mobil’ à mangoto ‘mengendarai’
ma- + elli ‘beli’ à mangelli ‘membeli’
ma- + ule ‘usung’ à mangule ‘mengusung’
ma- + ebbu ‘buat’ à mangebbu ‘membuat’
2) Prefiks
ma- menjadi mak- geminasi apabila melekat
pada kata dasar yang berfonem awal /u/ dan /e/.
Contoh:
ma- + unru ‘pukul’ à Makkunru ‘memukul’
ma- + elong ‘nyanyi’ à Makkelong ‘bernyanyi’
3) Prefiks
ma- menjadi mar- apabila dilekatkan pada kata berfonem awal /a/, /i/, /u/, /ə/,
dan /o/.
Contoh:
Mar- + ekko ‘patah’ à marekko ‘patah’
mar- + ambok ‘bapak’ à marambok ‘bersama
bapak’
mar- + indo ‘ibu’ à marindo ‘Bersama
ibu’
mar- + uki ‘tulis’ à maruki ‘menulis’
mar- + okko ‘gigit’ à marokko ‘menggigit’
4) Prefiks
ma- apabila melekat pada kata yang
berfonem awal konsonan /b/, /c/, /d/, /g/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /p/, /s/,
dan /t/, maka prefiks ma- tersebut
akan tetap, tetapi konsonan awal yang dilekatinya akan berubah menjadi tebal
atau geminasi.
Contoh:
ma- + bola ‘rumah’ à mabbola ‘membuat
rumah’
ma- + cenne ‘putar’ à maccenne ‘berputar’
ma- + duta ‘lamar’ à madduta ‘melamar’
ma- + galung ‘sawah’ à maggalung ‘bersawah’
ma- + joro ‘marah’ à majjoro ‘memarahi’
ma- + kutana ‘tanya’ à makkutana ‘bertanya’
ma- + lipa ‘sarung’ à mallipa ‘memakai
sarung’
ma- + miccu ‘ludah’ à mammiccu ‘meludah’
ma- + nasu ‘masak’ à mannasu ‘memasak’
ma- + piara ‘pelihara’ à mappiara ‘memelihara’
ma- + sompe ‘rantau’ à massompe ‘merantau’
ma- + tunu ‘bakar’ à mattunu ‘membakar’
5) Prefiks
ma- apabila bertemu dengan kata yang
huruf awalnya berfonem /r/ maka akan terjadi dua macam turunan yang artinya
tetap sama, tetapi fonem awal atau konsonan /r/ tersebut juga akan berubah
menjadi geminasi.
Contoh:
ma- + rempe ‘lempar’ à marrempe ‘melempar’
ma- + rempe ‘lempar’ à maddempe ‘melempar’
ma- + runu ‘gugur’ à marunu ‘berguguran’
ma- + runu ‘gugur’ à maddunu ‘berguguran’
ma- + remme ‘rendam’ à marremme ‘merendam’
ma- + remme ‘rendam’ à maddemme ‘merendam’
6) Apabila
prefiks ma- melekat pada kata yang
berfonem awal /w/ maka akan berubah menjadi /b/ dan juga akan geminasi.
Contoh:
ma- + weru ‘tiup’ à mabberu ‘meniup’
ma- + wenni ‘malam’ à mabbenni ‘bermalam’
ma- + were ‘beri’ à mabbere ‘memberi’
ma- + welek ‘tebas’ à mabbelek ‘menebas’
ma- + wetta ‘potong’ à mabbetta ‘memotong’
B. Prefiks
meN-
1. Bentuk
prefiks meN-
Sama halnya dengan bahasa Bugis,
prefiks meN- juga memiliki beberapa
alomorf sesuai dengan fonem awal pada morfem. Prefik meN- ini dapat membentuk kata kerja transitif dan juga kata kerja
in transitif.
2. Prefiks
meN- pada kata
a.
Prefiks meN- berubah menjadi meng-
jika diiukuti bentuk dasar yang fonem awalnya /k/, /g/, /h/, /kh/, dan semua
fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, tetapi fonem /k/ mengalami peluluhan.
Contoh:
meN- + angkat à mengangkat
meN- + imbau à mengimbau
meN- + ukur à mengukur
meN- + operasi à mengoperasi
meN- + empas à mengempas
meN- + keram à mengeram
meN- + garap à menggarap
meN- + hafal à menghafal
b.
Prefiks meN- berubah menjadi me-
jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /l/, /m/, /n/, /ny/, /n/,
/r/, /y/, dan /w/.
Contoh:
meN- + lembap à melembap
meN- + makan à memakan
meN- + nasihati à menasihati
meN- + nyanyi à menyanyi
meN- + nganga à menganga
meN- + ramal à meramal
meN- + yakinkan à meyakinkan
meN- + wabah à mewabah
c.
Prefiks meN- berubah menjadi men-
jika melekat pada bentuk dasar yang diawali dengan fonem /d/ dan /t/, tetapi
fonem /t/ mengalami peluluhan
Contoh:
meN- + dengar à mendengar
meN- + tanam à menanam
d.
Prefiks meN- berubah menjadi mem-
jika melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal /b/, /p/, /f/, tetapi fonem
/p/ mengalami peluluhan.
Contoh:
meN- + bius à membius
meN- + pikul à memikul
meN + filtrasi à
memfiltrasi
e.
Prefika meN- berubah menjadi meny-
jika melekat pada bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/, /j/, /sy/, /s/,
tetapi fonem /s/ mengalami peluluhan.
Contoh:
meN- + cuci à mencuci
meN- + jawab à menjawab
meN- + syukuri à mensyukuri
meN- + sulam à menyulam
f.
Prefiks meN- berubah menjadi menge-
jika melekat pada bentuk dasar yang bersuku satu.
Contoh:
meN- + cat à mengecat
meN- + rem à mengerem
3. Fungsi
prefiks ma- dan meN-
Prefiks ma- berfungsi:
a.
Pembentuk adjektiva
Prefiks
ma- dapat membentuk adjektiva apabila
bentuk prefiks ma- tidak dipengeruhi oleh kondisi fonologis.
b.
Pembentuk verba
Prefiks ma- dapat membentuk verba apabila
melekat pada nomina dan verba itu sendiri.
Prefika
meN- berfungsi:
Prefiks
meN- berfungsi untuk membentuk verba
atau kata kerja, baik kata kerja transitif maupun intransitif.
4. Makna
prefiks ma- dan prefiks meN-
Makna prefiks ma- dan prefiks meN- sebagai
akibat dari proses penggabungannya dengan kata dasar adalah sebagai berikut.
a.
Melakukan pekerjaan
Prefiks
ma- dan prefiks meN-, sama- sama bermakna mengerjakan suatu perbuatan.
Misalnya:
Makkelong menyanyi
Massessa mencuci
b.
Melakukan perbuatan dengan alat
Prefiks
ma- dan prefiks meN- bermakna mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung
dalam kata dasar
Misalnya:
Mammeng memancing
Massering menyapu
c.
Menyatakan tindakan yang berbalasan
Prefiks
meN- tidak dapat menyatakan tindakan berbalasan, sedangkan
prefiks ma- dapat menyatakan makna
yang demikian.
Misalnya:
Majjamak bersalaman
Massasa bertengkar
d.
Menyatakan intensitas
Prefiks
ma- dan meN- merupakan dua prefiks yang dapat bermakna menyatakan perbuatan
yang memiliki intensitas.
Misalnya:
Majjallok mengamuk
Maddani merindu
Mangaruk mengamuk
e.
Membuat sesuatu
Prefiks
ma- dan prefiks meN- bermakna membuat atau
menghasilkan apa yang disebut dengan kata dasar.
Misalnya:
Massambala menyambal
Mattennung menenun
f.
Menjadi seperti yang dinyatakan dalam
bentuk dasar
Prefiks
ma- dan prefiks meN- bermakna menjadi seperti yang dinyatakan dalam bentuk dasar.
Misalnya:
Mallampe memanjang
Mallebu membundar
g.
Menyatakan keadaan
Prefiks
ma- dan prefik meN- dapat bermakna menyatakan keadaan.
Misalnya:
Maboro membengkak
Massalau mengabur
h.
Menunjuk ke arah
Prefiks
ma- dan refiks meN- apabila melekat pada kata dasar yang menyatakan tempat,
memiliki arti menunjuk ke arah.
Mabbiring menepi
Mattasi melaut
Contoh, fungsi dan makna yang terterah
pada data tersebut, juga dapat diketahui bahwa prefiks ma- dan prefiks meN-
mengakibatkan terjadinya bentuk derivasi dan bentuk infleksi pada kata.
1. Derivasi
Prefiks ma- dan prefiks meN-
apabila melekat pada kata benda maka akan mengubah kelas kata yaitu dari nomina
menjadi verba.
Contoh prefiks ma- yang melekat pada nomina sehingga membentuk verba
ma- + goncing ‘gunting’ à maggoncing ‘menggunting’
ma- + sambala ‘sambal’ à massambala ‘menyambal’
ma- + sering ‘sapu ’ à massering ‘menyapu’
ma- + elong ‘lagu’ à makkelong ‘melagu’
ma- + jakka ‘sisir’ à majjakka ‘menyisir’
contoh prefiks meN- yang membentuk derivasi.
meN- + garis à menggaris
meN- + sepi à menyepi
meN- + baik à membaik
meN + lantai à melantai
meN- + rem à mengerem
2. Infleksi
Prefiks ma- dan prefiks meN- juga
merupakan dua prefiks yang dapat membentuk infleksi. Artinya, kedua prefiks
tersebut apabila melekat pada kata kerja maka tidak berpengaruh untuk mengubah
kelas kata tersebut.
Contoh prefiks ma- yang melekat verba dan tetap membentuk verba
ma- + kita ‘lihat’ à makkita ‘melihat’
ma- + welek ‘tebas’ à mabbelek ‘menebas’
ma- + lepe ‘jilat’ à mallepe ‘menjilat’
ma- + itte ‘pungut’ à mangitte ‘memungut’
ma- + renreng ‘tuntun’ à maddenreng ‘menuntun’
contoh prefiks meN- yang membentuk infleksi
meN- + tunjuk à menunjuk
meN- + minum à meminum
meN- + baca à membaca
meN- + lihat à melihat
meN- + senggol à menyenggol
Perbedaan
Prefiks ma- dan prefiks meN-
Dari data di atas, dapat terlihat bahwa
prefiks ma- memiliki kesamaan dengan
prefiks meN- dalam bahasa Indonesia,
tetapi juga terdapat perbedaan sehingga membentuk beberapa kaidah sebagai
beriktu.
1.
Prefiks ma- dan prefiks meN- berfungsi
membentuk kata kerja atau verba. Prefiks meN-
berfungsi membentuk verba apabila melekat pada nomina, adjektiva, dan verba itu
sendiri, sedangkan prefiks ma- selain
membentuk verba juga dapat membuntuk adjektiva. Ketika prefiks ma- melekat pada adjektiva maka tidak
membentuk verba, melainkan tetap berfungsi membentuk adjektiva karena umumnya
adjektiva merupakan kata yang tidak dipengaruhi oleh kondisi fonologis. Semua
kata yang tidak dipengaruhi oleh kondisi fonologis berfungsi membentuk
adjektiva, sedangkan hanya kata yang dipengaruhi oleh kondisi fonologis yang
berfungsi membentuk verba.
2.
Prefiks ma- dan prefiks meN-
memiliki makna yang sama kecuali prefiks ma-
dapat juga bermakna menyatakan tindakan yang berbalasan, sedangkan prefiks meN- tidak dapat menyatakan tindakan
yang berbalasan.
3.
Prefiks ma- dan prefiks meN-,
masing-masing memilik enam alomorf, tetapi umumnya apabila prefiks ma- yang melekat pada konsonan maka
fonem awal pada kata akan berubah menjadi geminasi atau tebal, sedangkan prefiks
meN- tidak mengalami geminasi hanya
saja ada beberapa konsonan yang mengalami peluluhan.
4.
Prefiks ma- dan prefiks meN- dapat membentuk derivasi apabila melekat
pada nomina dan membentuk infleksi apabila melekat pada verba.
Kedua prefiks tersebut
merupakan afiks bentuk terikat. Artinya, bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan harus melekat pada bentuk lain apabila ingin memiliki makna. Dan
ketika afiks tersebut melekat pada kata benda atau nomina maka makna kata
tersebut dapat berubah. Selain mengubah kelas kata sebagaimana bentuk derivasi,
juga dapat mengubah makna.
Kesimpulan
Dari
data di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Prefiks
ma- dan prefiks meN- merupakan dua prefiks yang memiliki alomorf, masing-masing
terdiri dari enam alomorf. Alomorf dari prefiks ma- adalah mang-, mak-, mar-,
ma- (geminasi untuk fonem awal kata), ma-
(untuk fonem /r/ yang memiliki 2 bentuk perubahan), dan mab-, sedangkan alomorf dari prefiks meN- yaitu mem-, me-, men-, meng-, meny-, dan menge-.
2. Kedua
prefiks yang terdiri dari beberapa alomorf terebut berfungsi untuk membentuk
verba, kecuali prefiks ma- yang tidak
dipengaruhi oleh kondisi fonologis.
3. Kata yang mendapatkan imbuhan prefiks ma- dan prefiks meN- memiliki beberapa makna yang sama. Prefiks ma- dapat menyatakan makna kegiatan yang
berbalasan, tetapi prefiks meN- tidak
dapat menyatakan makna yang berbalasan.
4. Kedua
prefiks tersebut juga dapat membentuk derivasi dan infleksi.
Daftar Putaka
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta.
Chaer, Abdul. 2012. Linguitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Kaseng,
S. 1982. Bahasa Bugis Soppeng: Valensi
Morfologi Dasar Kata Kerja. Jakarta: Djambatan.
Lyons,
Jhon. (1995). Pengantar Teori Linguistik.
(Trans. Soetikno, I.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa,
Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi: Bentuk
Derivasioanal dan Infleksional. Bandung: Refika Aditama.
Said,
Ide, dkk. (1979). Morfologi dan Sintaksis
Bahasa Bugis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Sikki,
dkk. (1991). Tata Bahasa Bugis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar